Never Forever (2007)

Bisakah perselingkuhan dilakukan untuk menyelamatkan cinta? Tanyakan itu pada Sophie (Vera Varmiga) seorang wanita Kaukasian yang menikah dengan Andrew (David Lee McIns) seorang Korea peranakan yang tinggal di New York.

Sophie, adalah istri baik-baik yang sangat mencintai suaminya. Kehidupan mereka sempurna dari semua sisi: mapan, terpandang dan berada di keluarga dan teman-teman yang mendukung.

Tapi, berada di tengah keluarga perantauan Korea yang keras, dan taat sekali beribadah, dan yang terutama, mengagungkan keturunan, membuat Sophie yang tidak kunjung hamil frustasi. Apalagi ia melihat Andrew sang suami yang teramat dicintainya, telah kehilangan gairah dalam hidup dan perkawinan mereka. Persanggamaan mereka telah kehilangan rohnya, hanya lenguhan putus asa, mata mendelik yang pias, gerak mengayun yang canggung, dan pelukan serta cengkeram yang letih. Sebentar, tanpa nyawa.

Ingin membahagiakan Andrew, dan tidak mau keluarga besar suaminya kecewa, Sophie nekad membayar Jihah Kim (Jung-wo Ha), seorang pria yang sama sekali tidak dikenal, untuk menghamilinya. Jihah hanyalah pekerja serabutan yang tinggal di sub-urban kota yang kebetulan bertemu Sophie saat sedang menjual sperma di klinik kesuburan seharga 50 dollar.

Jihah bukan gigolo. Ia pemuda imigran tanpa surat dari Korea yang merantau, mencari kehidupan yang lebih baik, sambil berjanji jika pada suatu saat sukses akan membawa kekasihnya yang cantik, yang sabar menunggu di Seoul untuk hidup bahagia bersamanya di New York.

Tiap kali bercinta, Jihah dibayar 300 dollar, dan jika kelak Sophie hamil, Jihah mendapat 30.000 dollar. Mereka bercinta tiap kali Jihah pulang kerja di kompartemennya yang kumuh, dengan sprei kusam dan tirai yang muram. Dan Sophie harus naik taksi atau kereta menempuh jarah berpuluh-puluh kilometer untuk sampai ke situ dari rumahnya bersama Andrew di kompleks yang mewah dan asri.

Ritual persanggamaan yang aneh. Saling membelakangi saat membuka baju masing-masing. Dengan latar kaca jendela yang bercahaya.

Tidak ada pelukan, elusan dan kecupan. Tidak saling memandang. Juga tidak ada perkenalan. Dan ketika sperma sudah ditanam, semua selesai.

Jihah bangkit, duduk di tepi ranjang. Membelakangi Sophie yang sedang telentang, yang menarik kedua lutut di dadanya agar sperma itu tidak tumpah. Lalu berpakaian, merokok. Sementara, Sophie kemudian, beberapa saat kemudian, ke kamar mandi, menyikat kuat-kuat seluruh tubuhnya dengan sabun, menggosoknya berkali-kali, berkali-kali…

Hal yang sama terjadi berulang. Keduanya hampir frustasi. Sophie didera perasaan bersalah tiap kali koor gereja bernyanyi merdu, dan di sampingnya wajah suami yang pias memandang altar. Jihah mulai merasa aneh, muak. Ia muntah di kamar mandi.

Hingga pada suatu ketika, saat selesai bercinta entah yang keberapa, Sophie tertidur.

Wajah Sophie yang teduh tapi letih membuat Jihah luruh, diambilnya selimut, ditutupinya tubuh Sophie yang polos. Jihah memandang Sophie lama. Sambil duduk di meja, memasang bajunya, melipat lengan baju, matanya lekat ke arah Sophie dengan tatapan kasihan. Bukan lagi muak.

Saat Sophie terbangun, Jihah sudah rapi. Ia berkata, “Berpakailah, aku ingin mengajakmu makan, lalu kita jalan-jalan”.

Dari sinilah perselingkuhan ini dimulai. Mereka makan bersama, bercerita tentang banyak hal, dan menemukan banyak kecocokan di berbagai hal kecil, menemukan bahwa mereka bisa tertawa satu sama lain tanpa beban, bisa menangis bersamaan, juga menemukan kesepian masing-masing yang ganjil.

Yang terpenuhkan diantara rasa mereka yang dalam kepada pasangan masing-masing.

Dan lalu, kecocokan itu tergambarkan dengan menakjubkan dalam gerak yang lembut. Mata yang bertatapan, bibir yang saling mencari dalam sentuhan yang sangat tidak tergesa, dekapan yang kukuh, irama tubuh yang senada. Tidak ada lagi makian, “Hah! Mata biru yang memuakkan!”.

Lalu, Sophie hamil. Disambut Andrew dan keluarganya dengan sukacita yang penuh, dengan pesta yang meriah. Jihah yang miskin diberi 30.000 dollar oleh Sophie. Selesai? Tidak.

Cinta memang aneh. Suka mewujud diam-diam yang tidak pada tempatnya.

Apa lagi yang dicari Sophie, saat adegan Andrew dan Sophie sedang saling menggenggam, dan memandang, menjadi adegan paling indah; serta ketika Andrew mengelus rambut keemasan Sophie dengan lembut seperti surga milik mereka berdua saja, dengan Sophie berkata mesra, “Andrew, betapa aku mencintaimu…”

Apalagi yang dicari Jihah justru ketika ia punya uang untuk membawa kekasihnya ke New York, ia malah memutuskan hubungan?

Rupanya, bagi Sophie cinta yang dipilihnya adalah ketika ia datang lagi ke kompartemen Jihah. hanya bermaksud memandang, berpamitan diam, dengan mata sembab, namun terpergok Jihah dan kembali mereka bercinta (lagi-lagi). Gina Kim sang sutradara suka sekali menggunakan siluet untuk adegan ini, di lorong, kali ini menggebu sangat, penuh emosi.

Vulgar. Menghentak.

Lalu, Sophie rutin mendatangi Jihah selepas Andrew dilepasnya bekerja. Jihah, walau miskin, membeli sprei dan tirai mahal sesuai dengan warna yang disuka Sophie. Sophie dan Jihah bersama memandang ke luar jendela. Sama-sama menikmati angin.

Film ini selesai tanpa basa-basi, dengan Jihah ditahan pihak imigrasi yang mengerebek kompartemennya di saat Sophie dan Jihah sedang berduaan. Jihah dideportasi ke Korea dengan tuduhan sebagai imigran gelap. Tapi ia masih sempat menelpon Sophie untuk mengatakan:

Aku mencintaimu.

Andrew tahu perselingkuhan ini tapi bersedia menerima Sophie, melupakan semuanya, jika Sophie menggugurkan kandungannya. Wajah Andrew letih menunggu Sophie yang pulang di rumah mereka yang mewah, mengungkapkan cinta yang putus asa. Sedang Sophie yang galau karena Jihah dideportasi mengungkapkan betapa keras kepalanya wanita yang mencinta.

Sophie menolak tawaran putus ada Andrew dengan alasan bayi ini anaknya. Lelaki yang bukan ayah dari bayinya, tidak layak meminta seperti itu, walaupun Andrew suaminya.

Andrew dan Sophie bercerai. Film selesai, dengan Sophie bermain bersama anaknya di pantai berpasir putih, yang mirip dengan pantai di sobekan poster yang ditempel Jihah di dinding kamarnya. Ia tampak bahagia, di pantai yang entah di mana.

Bisakah perselingkuhan dilakukan untuk menyelamatkan cinta?

——-

5 thoughts on “Never Forever (2007)

  1. enno says:

    bagus sekali review-nya bang… film yang menggambarkan cinta yang jujur itu selalu indah buat penikmatnya.
    mau cari ah DVD-nya…. ada kan? 🙂

  2. vins says:

    Wah ana tidak setuju sekali brur, maklumlah masih memegang ideologi ala laila majnun, hidup dengan sebaik baiknya dan sehormat hormatnya. Janganlah sampai kita mengalami, namun jika memang takdir buruk itu terjadi, adalah lebih mulia jalan utk merelakannya. Tidak bisa ditolerir berbagi cinta dan pelukan berbagi hati apalagi, jika sudah diduakan ya sudah, mengambil jalan sepi dan mencari hati yang sudi menjadi dan menjaga hati, hanya ber dua tidak ada saweran lainnya dengan alasan apapun.

    Moga2 kelak Gusti Yesus ikut merestui, inilah pentingnya sakramen pernikahan, mungkin. Jika tidak disertakan cinta yang dipaksakan apalagi pake pelet ( la wong pelet kan ciak nggo iwak lele tho ). Hidup hanya sekali, sepatutnya jangan cuma hidup, hidup yang bermakna dan cinta yang sebaik baiknya dan sehormat hormatnya.

  3. vins says:

    mohon maaf kpd owner blog ini, saya nyataken bahwa file dan password anda aman tidak ada yang berubah. btw lain kali mohon cokies di delete setiap mo blk dari wnet ya.

    am not vins, just because something wrong i get this blog. but am not damaged any file in her blog. just watch

  4. vins says:

    vins
    vins.the.drummer@gmail.com
    http://vins.the.drummer@gmail.com
    password : tidak berubah.

    brur mun biak ni ade contac sampaikan permohonan maaf ye. adak sengaje bah. cokies die nin masih utuh, jadi macam orang mudik semua dikunci tapi jendele sebutik adak dikunci nye bah.

  5. linna jubata says:

    Opssss…Ap kabar Bg??
    Diriku, terdampar disini…nice review Bg, tokoh ketiganya andrew,sophie,jihah begitu menantang dimulai dari sophie yang bermaksud bertujuan baik, tapi malah terjebak, sehingga berbagai macam cara sophie lakukan demi seorang yang dicintai, rela melakukan hal yang mungkin2 dianggap-nya halal…tanpa maksud menyudutkan sophie, sudahlah janganlah terlalu menyudutkan sophie, terlalu berat beban dipudaknya dengan status janda yang ada dan mempunyai seorang anak dari jihah dimana ia menjalin sebuah hubungan yang tidak sah…ntahlah…apakah sophie mengiyakan hubungan ini di sebut perselingkuhan??atau malah sophie berkata, inilah bentuk cintanya pada andrew??lalu sophie bertanya lagi pada dirinya sendiri apalagi yang kamu cari, ketika melihat diri-Mu bercengkrama manis bersama andrew??masing2 pertanyaan serupa-pun dilontarkan oleh ke-tiga tokoh ini?? apalagi dan apalagi??…lalu pertanyaan-Ku?? sapa lagi yang bisa di persalahkan andrew.sophie, ataukah jihah?? apalagi ketika gaungan cinta selalu didendangkan, membawa mahluk Tuhan terjebak di dalamnya, lantas mau apalagi??…
    Yah…itulah Bg, ketika suatu dogma, menjadikan diri kita suatu budak2, tetapi salud, ketiga tokoh ini berperan menjadi dirinya-sendirinya dan telah mampu melawan dogma2 yang ada….yah setidaknya jangan lagi lah terjebak pada Budaya yang mengaggug2kan keturunan, hidup bahagia tidak selalu ‘Harus’ mempunyai keturunan…hiks, mungkin yah pandai2 kita menyikapinya, dan belajar mengetahui ‘expensive meriagge’ mungkin2 salah satu-nya, yah… tapi baiknya tidak. dan terlepas dari itu semua…terlebih
    Bagaimanapun alasannya ‘tidak ada kamus pembenaran, bahwa perselingkuhan dilakukan atas dasar menyelamatkan cinta, pemahaman cinta yang salah dan tokoh sophie terjebak oleh karena cinta terhadap pasangan, apalagi intimidasi budaya yang mengharuskan… huh susah juga.
    Sutradara yang patut diancungi jempol, bagaimana tidak beliau telah membongkar sosok perempuan/seorang sophie sebagai sosok yang terjebak pada perasaan cinta, yah jujur saja seringkali perempuan mudah terjebak oleh permainan persaan ya sendiri…huh…sungguh feminim sekali. dan mau mengatakan kepada si tokoh peran bahwa itulah makna dan nilai diri-nya dalam menemukan cinta yah..tentunya berakhir dengan tragis adanya perceraian. lalu pertanyaan muncul apakah perceraian itu selalu bersifat buruk??ho..ho…entahlah…wah…wah…jadi banyak deh comment ya..Hiks.
    OK segitulah ya Bg, Goodluck Bg yaah…GBU

Leave a comment